Kearifan Lokal Dusun Sade

KEARIFAN LOKAL
“WARNA-WARNI KEHIDUPAN DESA SADE”


Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya yang menjadi salah satu kebanggaan bangsa dan masyarakat. Salah satu dari warisan budaya yakni keragaman kain dan tenunan tradisional yang tersebar di pulau-pulau negeri tercinta ini. Melalui kain tradisional tersebut dapat kita lihat kekayaan warisan budaya yang tidak saja terlihat dari teknik, aneka ragam corak serta jenis kain yang dibuat. Akan tetapi,  dapat juga dikenal berbagai fungsi dan arti kain dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mencerminkan adat istiadat, kebudayaan, dan kebiasaan budaya (cultural habit), yang bermuara pada jati diri masyarakat Indonesia (Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya NTB, 1992 : 332).
Simboliknya tersebut dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan sejak dikenalnya kain tenun tradisional, baik dalam hubungan secara vertikal maupun horisontal, dan selalu dikaitkan dengan pelaksanaan konsep sosio-religi, seperti busana adat, upacara inisasi, alat tukar menukar, hadiah dan lain-lainnya.
Salah satu kelompok masyarakat  yang mewariskan budaya tenun di Indonesia khususnya di pulau Lombok yang disebut suku sasak. Suku sasak memiliki populasi kurang-lebih 90% dari keseluruhan penduduk Lombok. Kelompok-kelompok lain, seperti Bali, Sumbawa, Jawa, Arab, dan Cina, merupakan kelompok pendatang. Hingga saat ini di Lombok yang terkenal suku Sasaknya terdapat berbagai macam budaya daerah, yang merupakan aset daerah yang perlu dilestarikan sebagai peninggalan nenek moyang. Kebudayaan Sasak bukan hanya milik Lombok, melainkan sudah termasuk ke dalam kebudayaan Indonesia (Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya NTB, 1992:332).
Dusun Sade terletak di pinggr jalan raya menuju pantai Kute Lombok. Dusun Sade bisa dikatakan sebagai sisa-sisa kebudayaan Sasak lama yang mencoba bertahan sejak zaman Kerajaan Penjanggik di Praya Kabupaten Lombok Tengah, sebagai salah satu desa tradisional, Dusun Sade memang sengaja diberdayakan dan didorong oleh pemerintah setempat untuk terus menjaga warisan tradisi leluhur mereka salah satunya hasil tenun (Nur Alam MN, 2013).
Pelaku utama kerajinan ini adalah para wanita, mereka tekun menenun dengan menggunakan alat sederhana dan tradisional sehingga menghasilkan kain yang indah. Bahan-bahan membuat kain tenun biasanya didapat di lingkungan sekitar dan kemudian diracik sendiri tanpa campuran dari hasil industry melalui proses yang lumayan lama sehingga menghasilkan sebuah kain tenun ikat yang menarik (Nur Alam MN, 2013).
Mayoritas perempuan dewasa penduduk Sade, sangat piawai menenun dengan menggunakan alat tenun tradisional. Sebab sejak umur 10 tahun, mereka diajari cara menenun. Ada suatu filosofi atau tradisi yang dianut di suku Sasak, perempuan Sasak jika belum piawai menenun, maka perempuan tersebut secara adat, belum boleh di nikahkan. Karena dianggap belum baligh, atau dewasa.
Tenun asal Dusun Sade pada umumnya sangat menarik, baik secara warna maupun produknya, akan tetapi keunikan kain tenun Dusun Sade dengan kain tenun lainnya di daerah Lombok sangat berbeda karna bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan kain tenun berasal dari alam tidak ada campuran bahan kimia seperti benang yang mereka gunakan berasal dari kapas, yang kemudian mereka pintal sendiri dengan menggunakan alat yang masih tradisional. Sedangkan dalam segi warna, kain tenun Dusun Sade terkenal tidak akan pudar walaupun sering dicuci (Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1991).
Tenun Dusun Sade dengan ragam hiasnya memiliki arti simbolik tersendiri di masing-masing ragam hias sesuai kepercayaan penduduk setempat,yang melibatkan sebuah harapan bagi pembuat dan pemakainya (Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1991).
Dapat kita lihat bahwa Dusun Sade memiliki ciri khas dalam kain tenunnya baik dari bahan yang digunakan yaitu bersumber dari alam, serta memiliki makna dimasing-masing ragam hias tenunnya. Namun disayangkan tidak sepenuhnya masyarakat Dusun Sade yang mengetahui secara rinci tentang kain tenun Dusun Sade tersebut, karena mereka kebanyakan hanya mengikuti dari orang tua mereka saja tanpa tau makna dari tiap-tiap ragam hias serta perkembangannya dan proses pembuatan yang lebih rincinyapun mereka tidak sepenuhnya mengetahui, mereka hanya mengetahui inti-inti dari proses pembuatan yang mereka lakukan saja.
Kehidupan yang jauh berbeda dari lingkungan sekitar, dimana sekitar 150 kepala keluarga mencoba terus mempertahankan kearifan local di pulau Lombok ini. Sehingga tidak jarang masyarakat menyebut Dusun Sade sebagai wisata budaya dan selalu menjadi pilihan para wisatawan.


Sumber:
e-Journal : TINJAUAN TENTANG TENUN TRADISIONAL DUSUN SADE DESA RAMBITAN KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidkan Kesejahteraan Keluarga
(Volume X Tahun 2015)

0 komentar:

Post a Comment

Back to Top